Jumat

Kiat Bisnis Bola Bob Sadino

Kisah Sukses Bob Sadino diperoleh dari strategi brilian, yang disebutnya Bola Bob Sadino (BBS).

Pola inilah yang diasah dan dipertajam, guna diwariskan ke Bob Sadino-Bob Sadino Baru (BSB).

Bob Sadino memang OK!

Prosese sukses sungguh beragam, Akademisi sudah bolak balik mengembangkan berbagai tesis, anti tesis, tesis lagi, antitesis lagi untuk menjelaskannya, tapi selalu ada keunikan-keunikan, yang membuat upaya penggeneralisasian itu terkendala.



Proses sukses wirausaha memang tidak seragam, karena kewirausahaan tidak semacam. Proses sukses Bob Sadino misalnya tidak sama dengan Sukyatno Nugroho, Prajogo Pangestu, Lim Sio liong atau Samsul Nursalim, Matsuhita, Bill Gates, Henry Ford, Dell, Bakul Duren yang Naik Haji dan laen-laen.
Ada beberapa latar belakang,, faktor eksternal dan internal, nasib, keberuntungan, waktu, cara yang dipilih dan banyak lagi. Lakukan saja! Itulah resep sukses Bob Sadino. Sejak semula dia dibebaskan otaknya dari hal-hal yang tak perlu, seperti studi kelayakan, teori-teori, perencanaan, kajian resiko, peramalan, ecomomi analysis, kemungkinan rugi,pikiran ini pertimbangan itu, dan sebagainya.
Dia fokuskan perhatian dan maksimalkan energi, benar-benar hanya untuk usaha yang sedang ia dijalankannya. " Saya sukses karena saya tidak terdidik. Karena tidah tahu apa-apa, " katanya.
Penghematan energi otak dan pemusatan konsentrasi ini membuat arah kewirausahaan Bob jelas. Efisien dan Efektif.

Lakukan Saja!!
Dalam berbagai kesempatan, Bob Sadino selalu mengatakan bahwa, aktifitas kewirausahaannya tidak didasarkan pada konsep atau landaran tertentu. " Saya lakukan saja, tanpa berpikir macam-macam," katanya.
Tapi dalam kurun waktu 30 tahun berwirausaha, metode lakukan saja iniberkembang terus membentuk pola tertentu. Semacam siklus kompetensi dari ilmu (pegetahuan) ke praktek (pelatihan dan pembelajaran), terus ke ketrampilan (skill) dan profesionalitas, yang kemudian diperbaharui lagi menjadi ilmu dalam tingkatan yang lebih tinggi.
Begitu seterusnya.

Bagaimana mendapatkan ilmu (pengetahuan)? Menurut Bob, ilmu didapat dari pengalaman. Pengalaman diperoleh bila ada kemauan untuk mencoba. Kemauan saja belum membuahkan apa-apa, bila tidak diikuti dengan tindakan aksi yaitu dengan langkah pertama, alias komitmen. Komitmen akan tingal komitmen kalau tak ada keberanian untuk menangkap peluang. Bila ketiga unsur ini sudah dimiliki berarti mobil ilmu sudah punya bensin. Tinggal menjalankan saja. Untuk membuatnya bergerak hindari kecengengan. Apa yang dimaksud dengan cengeng?? Sikap gampang terkendala. Itu maksudnya. Mudah mengeluh, dikasi jalan, mengeluh tak punya modal. Diberi modal, mengeluh tak punya kenalan (relasi,langganan). Dikasi jalan ga bisa ngomong, dan seterusnya, " ungkap Bob.
Kecengengan ini membuat orang tak akan pernah melangkah dan menguasai ilmu (pengetahuan).

Penguasaan ilmu merupakan awal proses enterpreneuership. Langkah selanjutnya adalah latihan dan latihan, belajatdan belajar. Kita harus membuat diri dan ilmu kita efektif di masyarakat.

Pokoknya Lakukan Saja dech !!!

dikutip dari : 
Diktat kuliah Manajemen Bisnis...
Teknik Industri Bandung

Salam Sukses

Naluri Bisnis Bob Sadino

Naluri Bisnis Bob Sadino

Entrepreneur sukses yang satu ini menjalani jalan hidup yang panjang dan berliku sebelum meraih sukses. Dia sempat menjadi supir taksi hingga kuli bangunan yang hanya berpenghasilan Rp100.

Penampilannya eksentrik. Bercelana pendek jins, kemeja lengan pendek yang ujung lengannya tidak dijahit, dan kerap menyelipkan cangklong di mulutnya. Ya, itulah sosok pengusaha ternama Bob Sadino, seorang entrepreneur sukses yang merintis usahanya benar-benar dari bawah dan bukan berasal dari keluarga wirausaha. Siapa sangka, pendiri dan pemilik tunggal Kem Chicks (supermarket) ini pernah menjadi sopir taksi dan kuli bangunan dengan upah harian Rp100.

Celana pendek memang menjadi "pakaian dinas" Om Bob --begitu dia biasa disapa-- dalam setiap aktivitasnya. Pria kelahiran Lampung, 9 Maret 1933, yang mempunyai nama asli Bambang Mustari Sadino, hampir tidak pernah melewatkan penampilan ini. Baik ketika santai, mengisi seminar entrepreneur, maupun bertemu pejabat pemerintah seperti presiden. Aneh, namun itulah Bob Sadino.
"Keanehan" juga terlihat dari perjalanan hidupnya. Kemapanan yang diterimanya pernah dianggap sebagai hal yang membosankan yang harus ditinggalkan. Anak bungsu dari keluarga berkecukupan ini mungkin tidak akan menjadi seorang entrepreneur yang menjadi rujukan semua orang seperti sekarang jika dulu tidak memilih untuk menjadi "orang miskin".

Sewaktu orangtuanya meninggal, Bob yang kala itu berusia 19 tahun mewarisi seluruh hartake kayaan keluarganya karena semua saudara kandungnya kala itu sudah dianggap hidup mapan. Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih sembilan tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam, Belanda, juga di Hamburg, Jerman. Di Eropa ini dia bertemu Soelami Soejoed yang kemudian menjadi istrinya.

Sebelumnya dia sempat bekerja di Unilever Indonesia. Namun, hidup dengan tanpa tantangan baginya merupakan hal yang membosankan. Ketika semua sudah pasti didapat dan sumbernya ada menjadikannya tidak lagi menarik. "Dengan besaran gaji waktu itu kerja di Eropa, ya enaklah kerja di sana. Siang kerja, malamnya pesta dan dansa. Begitu-begitu saja, terus menikmati hidup," tulis Bob Sadino dalam bukunya Bob Sadino: Mereka Bilang Saya Gila.


Pada 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Kala itu dia membawa serta dua mobil Mercedes miliknya. Satu mobil dijual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri. Satu mobil Mercedes yang tersisa dijadikan "senjata" pertama oleh Bob yang memilih menjalani profesi sebagai sopir taksi gelap. Tetapi, kecelakaan membuatnya tidak berdaya. Mobilnya hancur tanpa bisa diperbaiki.

Setelah itu Bob beralih pekerjaan menjadi kuli bangunan. Gajinya ketika itu hanya Rp100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya. Bob merasakan bagaimana pahitnya menghadapi hidup tanpa memiliki uang. Untuk membeli beras saja dia kesulitan. Karena itu, dia memilih untuk tidak merokok. Jika dia membeli rokok, besok keluarganya tidak akan mampu membeli beras.

"Kalau kamu masih merokok, malam ini besok kita tidak bisa membeli beras," ucap istrinya memperingati.

Kondisi tersebut ternyata diketahui teman-temannya di Eropa. Mereka prihatin. Bagaimana Bob yang dulu hidup mapan dalam menikmati hidup harus terpuruk dalam kemiskinan. Keprihatinan juga datang dari saudara-saudaranya. Mereka menawarkan berbagai bantuan agar Bob bisa keluar dari keadaan tersebut. Namun, Bob menolaknya.

Dia sempat depresi, tetapi bukan berarti harus menyerah. Baginya, kondisi tersebut adalah tantangan yang harus dihadapi. Menyerah berarti sebuah kegagalan. "Mungkin waktu itu saya anggap tantangan. Ternyata ketika saya tidak punya uang dan saya punya keluarga, saya bisa merasakan kekuatan sebagai orang miskin. Itu tantangan, powerfull. Seperti magma yang sedang bergejolak di dalam gunung berapi," papar Bob.

Jalan terang mulai terbuka ketika seorang teman menyarankan Bob memelihara dan berbisnis telur ayam negeri untuk melawan depresinya. Pada awal berjualan, Bob bersama istrinya hanya menjual telur beberapa kilogram. Akhirnya dia tertarik mengembangkan usaha peternakan ayam. Ketika itu, di Indonesia, ayam kampung masih mendominasi pasar. Bob-lah yang pertama kali memperkenalkan ayam negeri beserta telurnya ke Indonesia. Bob menjual telur-telurnya dari pintu ke pintu. Padahal saat itu telur ayam negeri belum populer di Indonesia sehingga barang dagangannya tersebut hanya dibeli ekspatriat-ekspatriat yang tinggal di daerah Kemang.

Ketika bisnis telur ayam terus berkembang Bob melanjutkan usahanya dengan berjualan daging ayam. Kini Bob mempunyai PT Kem Foods (pabrik sosis dan daging). Bob juga kini memiliki usaha agrobisnis dengan sistem hidroponik di bawah PT Kem Farms. Pergaulan Bob dengan ekspatriat rupanya menjadi salah satu kunci sukses. Ekspatriat merupakan salah satu konsumen inti dari supermarketnya, Kem Chick. Daerah Kemang pun kini identik dengan Bob Sadino.

"Kalau saja saya terima bantuan kakak-kakak saya waktu itu, mungkin saya tidak bisa bicara seperti ini kepada Anda. Mungkin saja Kemstick tidak akan pernah ada," ujar Bob.

Pengalaman hidup Bob yang panjang dan berliku menjadikan dirinya sebagai salah satu ikon entrepreneur Indonesia. Kemauan keras, tidak takut risiko, dan berani menjadi miskin merupakan hal-hal yang tidak dipisahkan dari resepnya dalam menjalani tantangan hidup. Menjadi seorang entrepreneur menurutnya harus bersentuhan langsung dengan realitas, tidak hanya berteori.

Karena itu, menurutnya, menjadi sarjana saja tidak cukup untuk melakukan berbagai hal karena dunia akademik tanpa praktik hanya membuat orang menjadi sekadar tahu dan belum beranjak pada taraf bisa. "Kita punya ratusan ribu sarjana yang menghidupi dirinya sendiri saja tidak mampu, apalagi menghidupi orang lain," jelas Bob.

Bob membuat rumusan kesuksesan dengan membagi dalam empat hal yaitu tahu, bisa, terampil, dan ahli.

"Tahu" merupakan hal yang ada di dunia kampus, di sana banyak diajarkan berbagai hal namun tidak menjamin mereka bisa. Sedangkan "bisa" ada di dalam masyarakat. Mereka bisa melakukan sesuatu ketika terbiasa dengan mencoba berbagai hal walaupun awalnya tidak bisa sama sekali. Sedangkan "terampil" adalah perpaduan keduanya. Dalam hal ini orang bisa melakukan hal dengan kesalahan yang sangat sedikit. Sementara "ahli" menurut Bob tidak jauh berbeda dengan terampil. Namun, predikat "ahli" harus mendapatkan pengakuan dari orang lain, tidak hanya klaim pribadi.

Ya, itulah resep Bob untuk menjadi sukses seperti sekarang.

Sumber : Catatan Maz

Travel Belitang

Sewa Mobil di Belitang Harga Murah Sudah Termasuk Driver dan Bahan Bakar

Travel Belitang

Travel Palembang

Sewa Mobil di Paembang Harga Murah Sudah Termasuk Driver dan Bahan Bakar

Travel Paembang